Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketika Menunggu Terlalu Lama, Saya Belajar Melepaskan Kisah Cinta Yang Tak Pernah DInyatakan

Dulu saya pernah dekat dengan seseorang selama hampir empat tahun. 

Saya mengira dia adalah tipe yang pendiam dan pemalu sehingga tidak dapat menunjukkan perasaan sukanya kepada saya. 

Namun, setelah menunggu sampai empat tahun lamanya, dia tidak juga berusaha atau sekadar mengungkapkan perasaannya pada saya. 

Saya akhirnya memilih untuk meninggalkannya karena tidak ingin waktu saya terbuang lebih lama lagi.

Ketika Menunggu Terlalu Lama, Saya Belajar Melepaskan Kisah Cinta Yang Tak Pernah DInyatakan

"Keputusan itu tidak mudah!" 

"Saya merasa kecewa, marah, dan bingung" 

"Saya bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi?" 

Apakah dia memang tidak pernah mencintai saya? 

Ataukah ada alasan lain yang membuatnya tidak bisa mengungkapkan perasaannya?

Pertanyaan-pertanyaan ini terus menghantui saya sampai suatu hari saya menonton sebuah film yang dapat menjawab sebagian dari pertanyaan itu.

Film tersebut berjudul "5 cm" dan menceritakan tentang sekelompok sahabat yang melakukan perjalanan ke Gunung Semeru. 

Ketika Menunggu Terlalu Lama, Saya Belajar Melepaskan Kisah Cinta Yang Tak Pernah DInyatakan 2

Saya masih teringat dengan satu adegan yang sangat berkesan di pikiran saya ketika Genta (Fedi Nuril) dan Ian (Saykoji) sedang bercakap-cakap di tepi danau Ranu Kumbolo. 

Saat itu, Ian mendorong Genta untuk segera menyatakan perasaan cintanya pada Riani di tempat seindah Ranu Kumbolo. 

Namun, Genta menolak ide Ian dengan alasan-alasan klise seperti takut kehilangan Riani dan tidak ingin jalinan persahabatan mereka berakhir.

Obrolan Genta dan Ian berlanjut sampai muncullah beberapa kalimat yang saya yakini sampai saat ini. 

"Ian berkata"

Ketika manusia sudah menemukan cinta di dalam dirinya sendiri, maka dia akan sulit menyatakan kepada cinta yang lain selain dirinya

Kata-kata itu seolah membuka mata saya. 

Saya mulai memahami bahwa ada banyak alasan mengapa seseorang tidak bisa mengungkapkan perasaannya. 

Bukan hanya karena dia tidak mencintai kita, "tapi mungkin karena dia terlalu mencintai dirinya sendiri". 

Dia takut mengambil risiko, takut kehilangan kenyamanan, dan takut menghadapi perubahan.

Saya pun teringat kembali pada gebetan saya. 

Mungkin dia memang mencintai saya, tapi dia terlalu takut untuk mengambil langkah. 

Dia lebih memilih untuk tetap berada di zona nyamannya daripada menghadapi kemungkinan ditolak atau kehilangan hubungan yang sudah ada.

Pemahaman ini membuat saya merasa lebih lega. 

"Saya tidak lagi merasa marah atau kecewa". 

Sebaliknya, saya merasa bersyukur karena saya telah mengambil keputusan yang tepat. 

Saya memilih untuk tidak menunggu lebih lama lagi dan memberi kesempatan pada diri saya untuk menemukan seseorang yang berani mengungkapkan perasaannya.

Pengalaman ini juga membuat saya lebih peka terhadap perasaan orang lain.

Saya belajar untuk tidak terlalu cepat menilai seseorang hanya berdasarkan tindakan atau kata-katanya. 

Saya belajar untuk melihat lebih dalam, mencoba memahami alasan di balik setiap tindakan, dan memberikan ruang bagi mereka untuk tumbuh dan berubah.

Dalam perjalanan hidup ini, kita akan bertemu dengan berbagai macam orang dengan berbagai macam karakter. 

Ada yang berani mengungkapkan perasaannya dengan lantang, ada yang lebih memilih untuk diam dan menyimpannya dalam hati. 

Kita tidak bisa memaksakan seseorang untuk berubah, tapi kita bisa memilih bagaimana kita bereaksi terhadap mereka.

Saya memilih untuk tidak lagi menunggu seseorang yang tidak berani mengungkapkan perasaannya. 

Saya memilih untuk menghargai diri saya sendiri dan memberikan kesempatan pada diri saya untuk bahagia. 

Saya percaya bahwa di luar sana, ada seseorang yang siap mencintai saya dengan sepenuh hati dan tidak takut untuk mengatakannya.

Pada akhirnya, hidup ini adalah tentang pilihan

Kita bisa memilih untuk tetap tinggal di tempat yang membuat kita merasa aman, atau kita bisa memilih untuk melangkah keluar dan menghadapi ketidakpastian.

Saya memilih yang kedua, karena saya percaya bahwa hanya dengan mengambil risiko kita bisa menemukan kebahagiaan sejati.

Cerita ini mungkin terdengar sederhana, tapi bagi saya, ini adalah pelajaran berharga yang mengubah cara pandang saya terhadap cinta dan hubungan. 

"Saya belajar bahwa cinta yang sejati adalah cinta yang berani diungkapkan". 

Cinta yang tidak diungkapkan bukanlah cinta yang tulus, "melainkan cinta yang egois".

Kata-kata Ian di film "5 cm" terus terngiang di telinga saya. 

Setiap kali saya merasa ragu atau takut untuk mengungkapkan perasaan saya, saya selalu mengingatkan diri saya bahwa cinta itu harus diungkapkan. 

Tidak ada gunanya menyimpan perasaan dalam hati jika kita tidak pernah memiliki keberanian untuk mengungkapkannya.

Mungkin di luar sana, ada seseorang yang sedang menunggu untuk mendengar kata-kata cinta dari kita.

Mungkin mereka juga merasa takut dan ragu, sama seperti kita. 

Tapi jika kita tidak pernah mencoba, kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi. Kita mungkin kehilangan kesempatan untuk mencintai dan dicintai.

Saya berharap cerita ini bisa menjadi inspirasi bagi mereka yang sedang mengalami hal yang sama. 

Jangan takut untuk mengungkapkan perasaanmu. 

Cinta itu indah, dan lebih indah lagi jika kita bisa berbagi dengan orang yang kita cintai.

Kepada Mas Adi (gebetan) saya, jika kamu membaca ini, saya ingin kamu tahu bahwa saya tidak menyimpan dendam atau kebencian. 

Saya hanya berharap kamu bisa menemukan keberanian untuk mencintai dan dicintai. 

Hidup ini terlalu singkat untuk menyimpan perasaan dalam hati. 

Mari kita berani mencintai dan mengungkapkannya, karena hanya dengan begitu kita bisa menemukan kebahagiaan sejati.

Posting Komentar untuk "Ketika Menunggu Terlalu Lama, Saya Belajar Melepaskan Kisah Cinta Yang Tak Pernah DInyatakan"

close