Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Nyataku, Menemukan Cahaya Mengarungi Kegelapan Sepanjang Perjalanan Move On Setelah 4 Tahun Bersama

Saya sangat merasa terpukul - ketika dua tahun lalu saya berpisah dengan mantan  yang telah bersama selama kurang lebih 4 tahun. 

Rasanya begitu sedih, mengingat semua kenangan yang telah kita lewati bersama. 

Setelah kita berpisah, dia langsung melamar perempuan lain. Meskipun hubungan kami memiliki kelebihan dan kekurangan, rasa kehilangan itu tetap ada. 

Seperti gigi yang tiba-tiba dicabut, pasti terasa ada yang hilang, bukan? (ini analogi yang sederhana, pasti ngerti kan)

Kisah Nyataku, Menemukan Cahaya Mengarungi Kegelapan Sepanjang Perjalanan Move On Setelah 4 Tahun Bersama

Saya belajar untuk menerima kenyataan bahwa saya kehilangan. Saya tidak menahan emosi sedih, kecewa, atau marah yang datang. 

Saya biarkan perasaan itu mengalir. Saya menangis saat teringat, bahkan menangis di angkot saat pulang kerja😂

Meskipun saya mencoba untuk tidak menunjukkan "kesedihan di depan papa dan mama di rumah".

Saya percaya bahwa jika saya mendoakan yang terbaik untuk dia dan pasangannya, doa-doa tersebut akan kembali kepada saya

Oleh karena itu, saya mendoakan agar dia mendapatkan jodoh terbaiknya dan semoga mereka bahagia di dunia dan akhirat. 

"Meskipun dengan air mata kesedihan yang mengalir", semoga semua ini berakhir dengan kebahagiaan.

"Saya pun selalu berdoa untuk diri sendiri" 

Saya memohon kepada Allah agar diberikan jodoh yang direstui oleh orang tua saya, dan agar saya juga direstuin oleh orang tua calon pasangan. 

Dulu, perbedaan pandangan antara saya dan orang tua pasangan saya menjadi penyebab putusnya hubungan kami (dan keluarga saya). 

Oleh karena itu, doa ini terus saya panjatkan kepada Allah.

"Saya tidak butuh waktu lama setelah itu, sekitar 1 bulan kemudian, saya memutuskan untuk berbagi cerita dengan sahabat saya". 

Saya dan dia sudah berteman sejak SMA dan walaupun dia pria namun seringkali kita saling berbagi masalah kehidupan.

Ketika itu, dia mengajak saya untuk menghadiri undangan ke sahabat kami juga. 

Saya sudah hampir 85% menuju move on. Saya tidak lagi sering menangis dan tidak lagi teringat akan hal itu. 

Kami bicara santai dan berbagi cara pandang kami satu sama lain, 

entah kenapa ada kalimat saya yang membuat dia merasa bahwa saya nyambung sama dia. Hubungan kami pun menjadi lebih dekat.

Pada hari sabtu dia mampir ke rumah dan papa mama sangat merespon dengan baik kehadirannya. Bahkan terlihat cocok diantara mereka .. 

Ya Robana ini kah semua jawabanmu

Saya merasa sangat bersyukur karena setelah sekitar 3 bulan, kami memutuskan untuk melangsungkan lamaran. 

dan setelah menunggu dengan sabar selama 11 bulan, Alhamdulillah pada bulan Januari yang lalu, kami resmi melangsungkan Akad.

Saya yakin bahwa ini adalah langkah yang tepat untuk melanjutkan hidup saya.

Meskipun tidaklah mudah, tetapi saya terus berdoa dan percaya bahwa suatu saat nanti saya akan menemukan seseorang yang akan menjadi pendamping saya dan membentuk rumah tangga yang bahagia.

"Tambahan"

Syukurlah, saya merasa sangat bersyukur atas pertolongan yang diberikan oleh Allah pada saat itu dan tentu saja doa orang tua saya juga sangat berarti dalam menjadikan segalanya berjalan dengan lancar

Memang terlihat mudah dari luar ketika seseorang mengalami patah hati, bergerak maju, dan bertemu dengan pasangan baru. 

"Namun, percayalah, saat saya mengalaminya sendiri, rasanya sangat sulit. Semuanya terasa suram dan gelap"
Saya tidak tahu kapan rasa sakit ini akan berakhir
Waktu itu, satu-satunya hal yang bisa saya bisa perbuat adalah ya berdoa. Saya meminta kepada Allah agar hati saya bisa lapang, diberi penggantian yang lebih baik, yang direstui oleh orang tua saya dan Allah pun Ridho.

Doa itu saya terus-menerus di bolak balik, terutama saat saya naik angkot pergi dan pulang kerja. 

Saya berdoa semoga hati saya bisa lapang, sambil kadang-kadang menangis. di rumah, ketika sendirian di kamar, kadang-kadang saya teringat dan menangis lagi, lalu berdoa lagi. 

"Intinya, waktu itu yang bisa saya lakukan hanya berdoa, berdoa, dan berdoa"

Untuk menghibur hati yang penuh keraguan terhadap masa depan, saya menyerahkan semuanya kepada Sang penggenggam jiwa.

Waktu galau itu memang terasa lama, tapi ternyata tidak sampai sebulan.

"Saya akui dulu saya begitu mencintainya, tapi sekarang",

saya fokus dan percaya bahwa pasti akan mendapatkan yang lebih baik. 

Ketika dulu saya dan suami sedang mendekati satu sama lain, saya tidak memiliki harapan yang terlalu tinggi karena takut merasa kecewa dengan besarnya harapan. 

Saya hanya berdoa agar ini adalah yang terbaik dan semoga jalan yang dilalui menjadi lebih mudah. 

Jika bukan yang terbaik, saya berharap ada penggantinya. Intinya, saya tidak memiliki apa-apa untuk kehilangan. Doa ini saya dan ibu saya ucapkan saat itu.

 Karena hati orang tua saya juga hancur ketika kejadian itu terjadi (sebenarnya ini yang membuat saya merasa lebih sakit, karena orang tua saya merasakan kesedihan melebihi saya, untuk saya dan untuk mereka)

Saya pernah mengatakan hal yang sama kepada suami saya, "Jika kamu menemukan seseorang yang lebih baik, tidak apa-apa. 

Kita adalah sahabat, kamu bisa berbicara dengan saya. Saya tidak masalah". Ketika dia ingin melanjutkan hubungan, saya meminta dia untuk berkenalan dengan orang tua saya dan sebaliknya. 

Hal ini dilakukan agar dari awal sudah jelas apakah orang tua kami saling menerima calon pasangan anaknya. 

Saya bersyukur karena semuanya berjalan dengan lancar. 

Bahkan ibunya masih mengingat saya, karena saat SMA saya pernah bekerja dalam kelompok di rumahnya.

Hingga akhirnya kami berdua memutuskan untuk hubungan yang lebih serius lagi, kami masih tertawa-tawa karena sudah hampir 10 tahun kami berteman. 

Kami sering berbagi cerita tentang dia yang sering galau karena tidak mendapatkan pacar yang bertahan lama, dan saya sudah tahu semuanya. 

Bahkan dulu, dia duduk di depan saya di kelas, dan dia adalah mantan pacar teman sebangku saya saat SMA (kami masih dalam satu lingkaran persahabatan).

Kami tidak sengaja tidak mengumumkan pendekatan kami, sehingga ketika kami mengundang teman-teman kami ketika acara lamaran, mereka baru menyadari bahwa pelamar tersebut adalah teman mereka juga.

Bagi yang sedang berusaha move on. 
Ingatlah untuk tidak menolak rasa sakit yang sedang kamu rasakan. Semakin cepat kamu menerima, semakin cepat rasa sakit itu akan berlalu. 
Saya juga pernah terobsesi dengan mantan dan calonnya, hanya untuk memastikan bahwa 'ya, ini nyata. 

Dia sudah punya yang baru'. Namun, perlahan-lahan saya mulai ikhlas. 

Saya mempersiapkan diri untuk melihat mereka berdua nanti muncul di ig story saat menikah, tapi ternyata sebelum mereka menikah, saya sudah dilamar. 

Syukurlah, rasa galau saya diangkat oleh Allah dan digantikan dengan rasa tenang.

Tenang saja jika belum menemukan penggantinya. Lebih baik fokus pada masa depan dan pemulihan diri, seperti meningkatkan pekerjaan atau menekuni hobi.

Cinta akan menemukan jalannya sendiri loh ...

Jangan terburu-buru mencari yang baru terutama jika hanya untuk membuat mantan merasa sakit hati. Kasihan pasangannya nanti akan menjadi pelampiasan.

Ingatlah selalu untuk berdoa kepada Allah, karena hanya Dia lah yang mampu menenangkan hati yang gelisah dan penuh kekhawatiran.

Posting Komentar untuk "Kisah Nyataku, Menemukan Cahaya Mengarungi Kegelapan Sepanjang Perjalanan Move On Setelah 4 Tahun Bersama"

close