Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memaafkan Atau Melupakan, Haruskah Bertahan Atau Pergi Meninggalkannya Saat Pasangan Selingkuh

Jika pasanganmu (istri) berselingkuh atau yang biasa kita sebut main serong, dan perbuatannya terjadi saat ini dan kamu mengetahuinya saat ini juga.

Maka cara yang bisa saya sarankan adalah dengan mempersilahkan dia untuk memulai membuka lembaran baru lalu menorehkan tinta cintanya dan menjalani kehidupan bersama selingkuhannya.

Karena wanita tidak akan sanggup mencintai dua pria dalam waktu bersamaan. Wanita juga tidak akan sanggup memberikan fisiknya kepada pria tanpa melibatkan semua perasaan dan cintanya.

Memaafkan Atau Melupakan, Haruskah Bertahan Atau Pergi Meninggalkannya Saat Pasangan Selingkuh

Namun, setiap individu memiliki keadaan dan kondisi yang berbeda-beda. Ada wanita yang mungkin mengalami kerusakan mental sehingga melakukan hal tersebut.

Namun, tidak semua wanita akan kembali mencintai orang yang tidak dicintainya lagi ketika menemukan cinta yang lain. 

Artinya, ketika dia sudah mencintai lelaki lain, dia mungkin tidak akan bisa kembali mencintaimu.

Saya ingin berbagi cerita, ketika saya mengetahui istri yang saya cintai mengoyak janji suci pernikahan kami

Setelah setahun pernikahan, dia mulai menghianati cinta kami dengan cara berselingkuh. dengan dalih merasa kesepian, menurutnya karena kami menjalani hubungan jarak jauh.

Sebenarnya kurang dari setahun kami menjalani hubungan jarak jauh, dan di tahun kedua kami sudah mulai tinggal serumah.

Saya merasa bimbang untuk membuat keputusan yang besar di dalam hidup saya, karena saya baru mengetahuinya setelah pernikahan kami yang sudah melangkah selama kurang lebih 8 tahun.

Dia menyembunyikan kebusukan itu selama 8 tahun dan sayangnya saya tidak pernah merasakannya.

2-3 bulan belakangan ini, pipinya selalu jatuh di pangkuanku. Ketika saya bertanya mengapa?, dia tidak mau menjawab, hanya berderai air mata.

Saya sama sekali tidak mencurigainya. Saya mengira dia hanya sedih atau merindukan orang tuanya di kampung halaman.

Ketika jam 07:10 di saat saya akan pergi ngantor, dia mengajak saya untuk duduk di sofa sebentar saja ada sesuatu yang ingin dikatakan (terlihat sudah mulai mengeluarkan air mata)

"Istri: Aku ingin berbicara, tapi tolong jangan marah ya"

Saya: Silakan berbicara saja, jika salah dan saya harus marah, maka marahlah saya. 
Jika itu hanya masalah kecil, mengapa saya harus marahjuga? 

Karena biasanya dia suka boros dan berlebihan ketika membeli sesuatu tanpa izin saya, padahal saya tidak pernah marah akan hal itu.

"Istri: Pada tahun 20**, saat aku masih bekerja di kota ******, aku kenal        dengan seorang pria. dia adalah teman kantor, dan aku telah melakukan            hubungan intim dengannya"
Saya diam membisu, air matanya akhirnya jatuh dan memohon kepada saya untuk menghukumnya, bahkan meminta saya untuk memukulnya
Tubuh ini rasanya tak sanggup untuk mendengarnya, hingga saya tak mampu untuk mengeluarkan kata kata, mencoba untuk berfikir hanya sudah tidak bisa memikirkan apa apa kecuali kesedihan.

Setelah saya lebih tenang dari sebelumnya, saya bertanya padanya, 

Mengapa kamu harus mengungkapkan hal ini ...

Saya tidak pernah mengetahui hal ini sebelumnya, dan saya tidak pernah ingin tahu bahkan tidak pernah terlintas mencurigaimu.

Dia merasa memiliki beban moral jika tidak jujur dan berharap saya memaafkan kesalahannya. 

Dengan berkata jujur dan terbuka dengan semua kesalahannya akan membuat  hatinya tidak merasa bersalah lagi. 

Anehnya lagi dia berfikir saya dalam kondisi mental yang paling baik untuk mendengar semua kesalahannya. Saya tidak tahu dasar apa yang membuatnya berpikir demikian.
Setelah kamu menceritakan semuanya, sekarang kamu merasa lebih baik dan sudah hilang beban yang membuat resah selama ini, tetapi bagaimana dengan saya? bagaimana dengan anak kita?
Saya memilih untuk diam satu pekan. Rutinitas harian yang saya jalanin seperti bekerja dan pulang tepat waktu. Makan dan tidur di rumah yang sama bersama dia dan anak.

Saya tidak ingin melibatkan anak dalam hal ini, sungguh ini akan berdampak buruk untuk perkembangan mentalnya jika saya tidak menjaga situasi yang kondusif.

Apa iya sementara waktu untuk menjernihkan pikiran di rumah orang tua saya, berangkat dan pulang kerja dari sana.

Namun, saya membatalkan rencana tersebut karena kedua orang tua saya pasti akan curiga, dan anak kami pasti mencari ayahnya. 

Dalam benak hati saya, mereka tidak boleh terlibat dalam masalah ini, sungguh masalah ini akan melukai hati mereka.

Ibu mana yang akan ridho jika melihat anaknya dikhianati oleh istri dan menantu yang di banggakannya.

"Setiap hari, istriku selalu menangis di sampingku .. Dia memohon maaf, Aku tidak mengatakan sepatah kata pun."

Ini bukan hari raya idul fitri yang dimana saling memaafkan, tapi tentang dengan cara apa menyikapi dan menata hati ketika mendapati hal sebesar ini.

Sebenarnya aku tidak ingin menanyakan hal ini,
"Berapa kali kamu melakukannya?" 
dengan gugup dan berdalih tidak ingat dia menjawab sekitar tidak lebih dari 5 kali 

"Apakah kamu melakukan seperti yang kita lakukan?" 
dia seakan tidak mau menjawab "apakah tentang ini harus di jawab juga yah" 

"Katakan saja!"
dia selalu ejaklasi dini sebelum saya klimaks

Saya tidak mempercayai perkataannya dan menduga lebih dari itu, aroma kebohongan begitu kuat disini 

"Bagaimana cara kalian menjaga kehamilan?" Apakah dia menggunakan pengaman?" Jawabnya, tidak. Pria itu ejakulasi di luar. 

"Kalian melakukan dimana??" Dia menjawab di kosan pria itu dan melakukannya setelah pulang ngantor. 

"Lalu awal perkenalan dengan dia bagaimana?" dia teman satu kantor hanya beda divisi. setiap di kantor kami sering melihat satu sama lain. 

"Hal apa yang membuat kamu suka padanya?" Katanya pria itu menyenangkan dan nyambung ketika diajak ngobrol, sering membantu pekerjaan kantor juga. 

Bahkan tanpa sadar dia bisa tenggelam dalam buaiannya lalu terjadi hal itu.

Kenapa bisa berulang kali melakukan hal itu??

Tanpa menjawab dia langsung menangis sesenggukan. 

"Mawar (nama anak kami), itu anak siapa?"

Dia berkata dengan membawa nama tuhan, bahwa itu anak saya 

Beberapa hari kemudian, aku mengajukan pertanyaan lagi, 

"di saat itu kenapa kamu mau bertahan denganku, harusnya kamu ikut dia dan meninggalkanku dan itu akan jauh lebih baik 

Dia berterus terang bahwa hal yang dilakukannya adalah tidak benar dan salah satu alasan utamanya adalah dia lebih mencintaiku.

Kembali dia melanjutkan perkataannya bahwa dia sangat kesepian, butuh kehangatan lalu memberi sanggahan sebagai wanita normal tentunya membutuhkan kebutuhan biologis.

Endingnya dia lebih memilih untuk kembali ke suaminya dan menjauh dari hubungan mereka.

Namun, beberapa hari kemudian, dia mulai berkata sejujurnya bahwa pria ini ternyata juga selingkuh dengan wanita lain.

Ketika dia menjalin hubungan dengan pria itu, Komunikasi kami sangat baik dan saya tidak mampu merasakan perbedaan sikapnya. 

Bagaimana dia bisa menyembunyikan itu semua, dan waktu saya mengunjungi kota tempat dia bekerja. Hubungan kami seperti biasanya mesra dan romantis, saya tidak menemukan kecurigaan sedikitpun.

Namun, baru-baru ini saya menyadari bahwa dia suka dan hafal lagu "Kenangan Terindah" dari band Samsons, serta lagu Glen yang saya tidak tahu judulnya, namun ada syair yang berbunyi, "Tuhan, bila masih diberi kesempatan, ijinkan aku mencintainya. Namun, bila waktuku telah habis dengannya, saya tidak hapal lanjutannya.

Dan ketika Fatin merilis lagu "Memilih Setia," dia juga menyukainya. Padahal, lagu ini muncul setelah dia mengaku. Sebenarnya, saya belum selesai menulis, namun saya mohon izin karena saya merasa sesak di dada. 

Baiklah, saya akan melanjutkannya. Jika berkenan, mohon dibaca ulang karena ada beberapa kalimat yang saya tambahkan atau kurangi dalam paragraf di atas. Saya tidak mengaku sebagai orang baik dan jauh dari kata sempurna dalam menjalankan agama. 

Saya menyukai melihat wanita cantik, namun saya sangat berhati-hati dalam berhubungan dengan wanita. Jika saya ingin membalas dendam, kesempatan untuk melakukannya dengan wanita lain tidaklah sulit ditemukan. 

Hanya tinggal pada pilihan kita mau atau tidak. Satu hal yang membuat saya bertahan adalah keyakinan saya kepada Tuhan dan harga diri yang saya miliki.

Selain itu, jika saya melakukan hal tersebut dengan wanita lain, bagaimana perasaan suami wanita tersebut jika suatu saat mengetahuinya? 

Pasti akan merasa sakit seperti yang saya rasakan. Saya membutuhkan waktu 6 bulan untuk bisa tidak menangis saat memikirkan apa yang harus saya lakukan.


Beberapa pertimbangan membuat saya sulit untuk membuat keputusan:

1. Tindakannya sudah selesai. Dia sudah meminta maaf dan sudah berlalu waktu yang lama. Selama itu, dia telah menjalankan perannya sebagai istri dan ibu dengan sempurna.

2. Kami memiliki seorang anak.

3. Saya tidak ingin mengganggu kehidupan orang tua kami dengan masalah rumah tangga kami. Jika kami berpisah, mereka pasti akan merasa kecewa dan terpukul.

4. Sejak mendekati waktu melahirkan, dia memilih untuk berhenti kerja dan berkomitmen untuk merawat anaknya sendiri. Saya sangat menghargai hal ini.

5. Dia tidak memiliki keluarga dan tidak bekerja tetap. Jika saya bercerai dengannya, kemana dia akan pergi? Jika saya yang pergi dan meninggalkan rumah untuknya, bagaimana dengan anak kami? Bagaimana kehidupannya?

6. Saya tidak bisa membayangkan memulai hubungan baru dengan wanita lain. Semuanya akan dimulai dari awal lagi. Belum tentu wanita baru nanti bisa memahami saya dan sebaliknya.

7. Jika memang terpaksa harus berpisah, saya berencana untuk mengakui bahwa kami berpisah karena saya yang berselingkuh dan dia yang mengajukan cerai. 

Saya memilih untuk bertahan. Saya bersyukur, meskipun terasa sakit. Dan seiring berjalannya waktu, saya bisa mulai berhubungan seks dengan dia lagi. 

Namun, semuanya telah berubah, Mungkin ini yang tidak diketahui oleh wanita, bahwa saat berhubungan seks, seorang pria tetap sadar, logikanya tetap berjalan, bahkan saat mencapai orgasme, pria masih bisa berpikir secara normal. 

Dan inilah masalahnya. apa yang dia lakukan kepada saya begitu amat menyakiti terlebih jika terlintas ketika dia menyelingkuhi saya.

Saya merasa tidak nyaman, tetapi saya tidak tahu dengan siapa lagi saya harus melakukannya. Saya sudah tidak mencintainya lagi, tetapi masih membutuhkannya untuk kebutuhan biologis dan yang terpenting, untuk mengasuh anak kami. 

Sudah 6 tahun sejak pengakuan itu, dan saya belum pernah menceritakan ini kepada siapapun. 

Sebenarnya, saya sangat membutuhkan tempat untuk berbagi agar beban dalam hati saya menjadi lebih ringan. 

Namun, saya menyadari bahwa ini akan menyebar luaskan aib kami sendiri. 



















Posting Komentar untuk "Memaafkan Atau Melupakan, Haruskah Bertahan Atau Pergi Meninggalkannya Saat Pasangan Selingkuh"

close