Pengalaman Saya Setelah Dikhianati Dan Ditinggalkan Mantan Kekasih

Baru-baru ini saya kehilangan tambatan hati, namun bukan karena dia sudah wafat yah... 

Dia memilih untuk membuang saya seperti sampah demi wanita lain yang baru dikenalnya. 

Yang lebih menyakitkan, dia mengkhianati saya saat kita masih bersama. Dia berbohong kepada saya dan beberapa orang dengan mengatakan bahwa, "our relationship is so broken. it can't be fixed at all". Padahal, saya ingat bahwa sehari sebelumnya, semuanya baik-baik saja antara kami.

Saya merasa ingin bertanya kepada mantan saya yang telah mengkhianati saya, seperti... 

Apa yang salah dengan saya?

Kesalahanmu yang mana yang tidak bisa saya maafkan?

Apa kekuranganmu yang tidak bisa saya terima?

Mungkin pengalaman saya dengan beberapa orang sedikit berbeda atau hampir sama, tetapi saya yakin kita semua yang pernah mengalami hal ini merasakan perasaan "kehilangan" orang yang kita cintai selamanya. 

"Because grief isn't just for death, it's for any loss. It's a healthy part of life"

Sungguh, tindakan mantan saya sungguh-sungguh membuat hati saya hancur, bahkan membuat saya merasa seperti... 

Saya tidak tahu siapa diri saya sebenarnya atau apa yang saya sukai lagi. Setiap hari, saya selalu berdoa memohon kematian. 

Saya bahkan harus berkonsultasi dengan psikiater dan dokter mendiagnosis saya menderita depresi dan gangguan kecemasan. 

"cinta dan putus asa benar-benar telah mengalahkan akal sehat saya"

Kalau kata Tom Hansen difilm 500 Days of Summer:

"you know what sucks? realizing that everything you believe in is complete and utter bullshit"

Beginilah rasanya patah hati dan hampir mati rasanya? Saya harus melewati 5 Tahapan Duka dengan susah payah & hampir berdarah-darah. 

Saya yakin bahwa dia tidak akan melakukan hal yang hina & rendahan. Saya bahkan sempat merayu agar dia kembali sampai akhirnya saya merasa "ok, sudahlah cukup". 

karena orang yang saya tunggu tak kunjung datang. Akhirnya, saya belajar menerima. Saya belajar bahwa ada hal-hal yang tak bisa dipaksakan, seperti perasaan. 

"Dan akhirnya, saya bisa menerima bahwa dia tak lagi mencintaiku. So case closed"

Walaupun perselingkuhan adalah sebuah kesalahan yang sangat serius dalam hubungan, saya masih memilih untuk memaafkan mantan saya dan juga memaafkan diri saya sendiri. 

Mungkin pada saat itu, saya belum bisa menjadi pasangan yang ideal baginya, belum bisa mencapai standar yang tinggi yang dia inginkan, dan mungkin usaha saya dalam menjalani hubungan kami masih kurang. 

Namun, kali ini saya menyadari bahwa saya tidak perlu terlalu menyalahkan diri sendiri. Saya hanya berusaha untuk adil, karena pada akhirnya kebaikan yang dia berikan masih lebih banyak daripada satu kesalahan fatal yang dia lakukan.

Intinya, saya tidak ingin merasa sebagai korban yang paling tersakiti, karena saya juga bisa menjadi sumber luka bagi orang lain.

Saat ini, saya menyadari bahwa dia hanyalah manusia biasa. Dia bisa melakukan kesalahan. Dia tidak secerdas yang dinyatakan oleh mantan pacarnya. 

Dia juga bukanlah "pemikir yang cerdas atau hebat" seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Tidak ada yang istimewa darinya selain suaranya yang membuat saya jatuh cinta pada pandangan pertama. 

Saya mengakui hal itu. Selebihnya, dia bukanlah seseorang yang luar biasa layak untuk dibanggakan.

Namun, dari pengalaman romansa saya, saya menyadari bahwa "orang datang dan pergi silih berganti" memang itu kenyataannya. Entah kita yang ditinggalkan atau yang meninggalkan. 

That's life buddy... Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk tetap mencintai atau tinggal lebih lama.

Terima atau tidak, kehidupan harus terus dijalani, dengan atau tanpa kehadirannya. 

Kita semua pasti bisa melewati ini bersama. Waktu, air mata, dan doa adalah obatnya. Mari belajar sembuh dan tumbuh bersama-sama. 

Semoga Tuhan memberikan ketenangan dan keikhlasan kepada hati yang sedang terluka. Aamiin.

Berbagi :