Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perjalanan Hati Yang Tak Terduga Membuatku Jatuh Cinta Kepada Seseorang

Mungkin cerita ini akan terdengar seperti cerita drama di serial FTV, namun percayalah, semua perasaan yang saya rasakan adalah nyata. 

Saya seorang pria yang sudah cukup mapan. Saya bekerja di sebuah perusahaan asing dengan jabatan yang cukup tinggi, sehingga saya harus sering bepergian ke luar negeri setidaknya sekali sebulan. 

Tentang penampilan, saya bisa dibilang biasa-biasa saja, tidak terlalu tampan namun juga tidak terlalu buruk rupa. Namun, dari semua hal yang saya miliki, sampai saat ini, di usia 34 tahun, saya masih sendiri. 

Perjalanan Hati Yang Tak Terduga Membuatku Jatuh Cinta Kepada Seseorang


Jawabannya akan bisa ditebak, ya ... saya memang terlalu terlalu memilih. 

Saya sama sekali tidak ingin membanggakan diri, namun banyak wanita yang mendekati saya dengan niat ingin memiliki pasangan yang memiliki kecukupan materi.

Saya juga mudah bosan dan menurut saya, hal-hal tersebut terlalu mudah didapatkan, sehingga tidak ada tantangan dan sensasi yang spesial. Kurang lebih kalian bisa membayangkan seperti apa gambarannya. 

Saya memiliki sepupu perempuan yang selama ini tinggal di kampung halaman saya di salah satu daerah di Jawa Tengah. Pada tahun 2017, dia merantau untuk kuliah dan tinggal bersama saya di Jakarta. 

Kami tinggal berdua dengan dua orang pembantu rumah tangga. Saya menganggapnya seperti adik sendiri, mari kita sebut dia Dita. 

Dita terpaut usia 14 tahun dariku. Saat itu, dia berusia 17 tahun dan saya 31 tahun. Dita sering bercerita tentang sahabatnya sejak mereka berada di kelas 3 SD. satu kelas selama 3 tahun di SMP. Meskipun berpisah saat SMA, mereka tetap bersahabat dan sekarang sahabat dita kuliah di Bekasi. 

Ketika Dita sedang berbincang-bincang, dia sering bercerita tentang sahabatnya, namun saya tidak pernah memperhatikannya sama sekali.

Sekitar bulan Maret 2018, saya akhirnya bertemu dengan sahabat dari sepupu saya. Saya sama sekali tidak memiliki perasaan apa pun terhadapnya, bahkan tidak pernah terpikirkan bahwa dia pantas untuk saya. 
Saya bahkan tidak pernah menganggapnya istimewa 
Kami sebut saja dia Anggre - itulah nama wanita yang begitu menggetarkan perasaanku. 

Beberapa kali kami pergi berdua bersama dita, anggre sering diajak dita ke berenang, jadi setelah berenang kami biasanya makan atau jalan-jalan ke mall.

Saya seperti biasa tidak pernah memberikan perhatian lebih pada anggre, bahkan jarang berkomunikasi dengannya, tapi saya tahu dia cukup cerewet dari cara dia berbicara dengan dita. 

Sejujurnya, saya sempat berpikir bahwa anggre hanya sedikit bermanfaat bagi sepupu saya, karena sepupu saya pernah bercerita bahwa anggre berasal dari keluarga yang (maaf) kurang baik secara ekonomi. 

Sementara dita, selain berasal dari keluarga yang berkecukupan, saya selalu memenuhi segala kebutuhannya, bahkan untuk bersenang-senang pun uang yang saya berikan lebih dari cukup. 

Januari 2019. Kedua remaja itu berencana berlibur ke Jepang untuk merayakan 10 tahun persahabatan mereka bulan Februari mendatang, jadi saya menemani dita berbelanja beberapa perlengkapan. dan seperti biasa, anggre ikut serta. 

Dia tidak membeli apa pun, hanya menemani dan membantu Mey memilih-milih. Setelah berbelanja, kami sekadar jalan sore ke Kota Tua. Lalu ada satu momen yang membuat saya mulai melihat dia berbeda dari wanita kebanyakan ...

Saat itu Kota Tua tidak terlalu ramai, kami berjalan ke sebuah sudut dan menemukan seorang kakek kakek yang (maaf) cacat sedang berjualan asongan.

Anggre bertanya pada dita apakah dia punya uang 50 ribu, mereka berdua kebetulan tidak punya uang tunai, saya punya jadi saya menawarkan. 

Kemudian dia pergi ke arah bapak tersebut, membeli sebuah tisu seharga 3 ribu dengan uang 50 ribu, dan pada akhirnya dia berkata 

"kembaliannya ambil saja pak." 

Setelah itu, dia kembali ke arah kami sambil tersenyum pada kakek tersebut. Menarik sekali! Saya yang sudah bekerja saja tidak pernah terpikir untuk melakukan hal seperti itu. 

Saya iseng bertanya, 

"Kenapa harus membeli tisu? Mengapa tidak langsung memberikan saja uang 50 ribu?" 

Saya tahu dia membeli tisu bukan karena dia butuh, dia hanya ingin membantu bapak tersebut. Jawabannya cukup bijaksana dan menyentuh,  

"kakek tersebut lebih memilih berjualan daripada mengemis, itu berarti dia berusaha menjaga harga dirinya. Jika uangnya diberikan begitu saja, siapa tahu dia tersinggung, kalau membeli setidaknya menghargai prinsip kakek tersebut."

Kata-katanya sangat luar biasa, saya tidak bisa menggambarkan sebaik dia. Kata-katanya menjadi awal dari segalanya. Setelah dari Kota Tua, kami langsung naik kereta di stasiun kota menuju Bekasi, di perjalanan pulang saya bertanya-tanya sedikit tentang anggre pada sepupu saya, dan BOOM! Semuanya di luar dugaan saya.

Anggre memang berasal dari keluarga kurang mampu dan sekarang dia sudah tidak memiliki orang tua lagi. Dia tinggal di Bekasi bersama kakaknya yang memiliki gaji yang lumayan. 

Sebenarnya, dia bisa mengandalkan kakaknya untuk menanggung semua biaya hidup dan kuliahnya, tapi dia tidak melakukannya. Dia bekerja di sebuah cafe dengan gaji sekitar 1,5 juta jika sering lembur malam. 

Dari uang tersebut, dia menyisihkan 500 ribu per bulan untuk biaya kuliah, 300 ribu untuk biaya liburan, dan 700 ribu untuk kebutuhan sehari-hari seperti makan siang, transportasi, tugas kuliah, dan lain-lain. 

Belum lagi jika mereka pergi bersama teman-teman di akhir pekan, anggre juga cerita bahwa dia bukanlah orang yang memanfaatkan orang lain dan tidak perhitungan. 

Kadang-kadang, jika dia membeli minuman air mineral, anggre langsung membayar semuanya. Jika dia makan bersama, dia tidak pernah meminta orang lain untuk membayarnya, kecuali jika ada yang menawarkan. 

Dari semua itu, dia masih bisa menabung di celengan. Saya sangat kagum dengan cara dia mengatur uangnya.

Beberapa hari kemudian, saya iseng membuka Instagram dita. Ada banyak foto bersama anggre di dalamnya. Saya tidak pernah terpikir untuk melihat profilnya sebelumnya, tapi hari itu entah mengapa saya merasa ingin tahu lebih tentang dia. 

Saya melihat jumlah pengikutnya lumayan banyak, 5 ribu, tapi postingannya hanya 1 dan tidak ada foto profil. Saya iseng melihat WhatsApp-nya, tidak ada foto profil, tidak ada info terakhir terlihat, dan tidak ada centang biru. 

Menurut dita, dia tidak pernah membuat story lagi dan tidak pernah melihat story orang lain. Saya baru tahu bahwa ada remaja seperti itu, saya kira di usia mereka masih senang memamerkan banyak hal. 

Ketika mereka berlibur ke Jepang selama seminggu, dita seperti biasa memamerkan segala hal. Makanan, pemandangan, semuanya dipamerkan di media sosial. 

Story-nya baik di Instagram maupun WhatsApp, sudah penuh dengan titik-titik kecil, feed Instagram-nya semakin ramai dengan berbagai foto, tapi anggre tetap sepi. 

Dia hanya mengunggah satu foto mereka berdua dengan lilin angka 10, saya cukup yakin itu karena paksaan dari dita. 

Saya semakin penasaran dengan dia. Biasanya, orang pertama kali bepergian ke luar negeri pasti setidaknya memposting di sana-sini, dan di usia remaja seperti mereka, masih wajar jika senang memamerkan di media sosial. 

Sekali lagi saya bertanya kepada dita, katanya awalnya dia tidak seperti itu, awalnya cukup aktif di media sosial, lalu karena suatu alasan, dia berubah. dita tidak mau memberitahukan alasannya, saya cukup menghargai privasi itu.

Setelah itu, kami sering jalan bertiga beberapa kali, dan saya mulai lebih memperhatikan dia. Ternyata, dia sangat menarik. 

Kami sering berdiskusi tentang filosofi, takdir, dan berbagai topik lainnya, dan kami selalu nyambung. Pendapatnya tegas, jelas, dan apa adanya. Saya suka saat dia berani menyanggah pendapat saya, terlihat pemberontak namun menurut saya itu menarik. 

Dita akhirnya menyadari adanya perasaan lain di antara kami, dan dia menentangnya terang-terangan. Bukan karena dia tak pantas bagiku, tapi sebaliknya. 

Manusia memang semakin tertantang saat di larang. Saya berusaha meyakinkan dita bahwa tidak akan ada yang terluka. Akhirnya, dia memberi izin. 

Saya mendekatinya dengan hati-hati, memberitahunya bahwa saya ingin mendekatinya seperti laki-laki mendekati perempuan yang disukainya. 

Menurut anggre, semua perhatian saya hanyalah sebagai seorang abang pada adiknya. singkat cerita kami berdua pergi bersama dan mengobrol tentang banyak hal. 

Percakapan kami mulai dari hal-hal sepele hingga opini tentang hal-hal besar, dan entah mengapa itu sangat menarik bagi saya. Perlahan, kami mulai berbagi tentang diri masing-masing. 

Saya menceritakan sulitnya saya jatuh cinta dan cepat bosan, begitu pula dengan pekerjaan saya. Dia pun menceritakan pengalaman pribadinya, termasuk tentang cinta pertamanya yang membuatnya patah hati. Saya mengantarnya pulang agar kami bisa terus mengobrol lebih lama.

Setiap hari, rasa cintaku pada anggre semakin bertambah. Dia adalah seorang perempuan yang memiliki sifat keibuan, meskipun terkadang seakan akan tidak bisa di atur namun hatinya lembut. 

Dia tidak pernah ragu untuk memberikan kepada pedagang yang dia rasa membutuhkan. Meskipun hal itu kecil, dia melakukannya dengan penuh cinta, dan aku terinspirasi olehnya. 

Dia juga bercerita, kebetulan di dekat rumahnya ada 4 supermarket yang berdekatan, jadi jika ingin membeli barang, dia akan mengelilingi keempat supermarket tersebut untuk menghemat seribu-lima ribu rupiah. 

Namun dia dengan tulus memberikan 47 ribu rupiah kepada penjual tisu, memberikan tip 20 ribu rupiah kepada pengemudi ojol yang sudah tua, membelikan nasi padang beserta minuman kepada pemulung yang sedang kelaparan, atau memberikan roti dan payung kepada pemulung yang terjebak hujan di depan minimarket.

Semua hal tersebut aku saksikan sendiri atau mendengarnya dari orang lain, bukan dari mulutnya sendiri. 
Apakah aku salah mencintai pribadi yang sebaik itu, masih sempat memikirkan orang lain meskipun kehidupannya cukup sulit
Selain itu, cinta ini juga datang dengan rasa penasaran. Dia sangat aktif berbicara saat bertemu langsung, namun dia cenderung tidak terlalu responsif saat di chat.

Jika aku mengirim pesan pada pukul 7 malam, baru akan dibalas keesokan paginya. Entah itu karena baru dibaca atau sengaja, aku tidak tahu, yang jelas hal seperti itu membuatku tidak pernah bosan dengannya.

Lama kelamaan, kami mulai berjalan bersama tanpa perlu dipaksa. Ketika pulang dari tugas, aku sering membawakan sesuatu yang sedikit istimewa untuknya. 

Aku mengirimkan makanan melalui go food ke kampus atau tempat kerjanya, dan akhirnya dia mengerti bahwa aku menyukainya sebagai seorang pria dewasa kepada gadis. bukan sebatas hanya kakak ke adik lagi

Namun, dia menolak. Itu adalah penolakan pertama yang saya alami. Meskipun banyak yang secara fisik dan materi lebih baik darinya dan menginginkan saya, dia justru menolak saya. 

Alasannya karena kami berbeda dalam banyak hal. Dari umur saja kami berbeda 14 tahun, saat pertama kali saya menyatakan perasaan, saya berusia 33 tahun dan dia 19 tahun. 

Dari segi keuangan dan segala macam, katanya dia tidak siap dengan semuanya itu. Saya mencoba meyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja, selama kami berani mencoba. 

Saya meyakinkannya bahwa keluarga saya akan baik-baik saja dengan siapapun pilihan saya. Ketika saya bertanya tentang perasaannya terhadap saya, jawabnya
emang ada perempuan yang tidak suka sama kakak??
Saya senang mendengar itu, tetapi dia malah meminta waktu untuk berpikir. Dia meminta ruang untuk berfikir, lalu saya memberikannya. 

Yang membuat saya semakin kagum, dia bisa bertingkah seolah-olah tidak ada masalah di antara kami, dia bisa bertingkah seperti biasanya terhadap saya. 

Kami masih sering berbicara serius, jalan-jalan, dan melakukan berbagai hal bersama. Pada bulan Desember yang lalu, saya melakukan hal yang ceroboh.

Saya nekat mendatangi kakak dan keluarga besarnya di hari minggu, semua yang saya lakukan semata-mata untuk mendapatkan hatinya, demi menunjukkan bahwa saya serius dengannya, 

Tetapi olehnya diartikan sebaliknya. Saya disambut baik oleh keluarga besarnya. Ketika mereka mengetahui pekerjaan saya, semuanya seolah bukan masalah.

Mereka tidak berkomentar tentang perbedaan usia kami yang mencolok, bahkan mungkin tidak masalah jika anggre akan menikah dalam waktu dekat meskipun usia keponakannya masih terbilang muda. 

Namun, menurutnya saya terlihat seperti sombong dan seolah-olah ingin menunjukkan segala kelebihan saya, padahal saya hanya ingin menunjukkan bahwa saya bisa mendapatkan apa pun dan siapa pun yang saya inginkan.

Akibatnya, dia sangat marah. Meskipun saya tidak begitu mengerti di mana letak kesalahan saya, saya selalu meminta maaf. 

Mendekati tahun baru, saya akan pergi dinas ke luar negeri selama sebulan. Dua malam sebelum keberangkatan, saya menunggu dia di restoran tempat dia bekerja, ingin meminta maaf dan pamit sekaligus.

Malam itu benar-benar berkesan. Saya meminta maaf, dan akhirnya saya mendapat jawaban atas perasaan yang telah menggantung begitu lama.

Jawabannya tetap TIDAK

Saya mencoba bertanya mengapa, dan meyakinkan dia bahwa tidak perlu merasa minder atau khawatir karena keluarga saya tidak mempermasalahkannya.

Beberapa hari setelah saya kembali ke tempat dinas, dia memberikan penjelasan yang sangat jelas. dan saya tidak bisa menunjukan whats app dia ke saya

Anggre, gadis malang yang menjadi korban kekejaman dunia. 

Meskipun baru berusia 20 tahun, dia jauh lebih matang daripada kebanyakan wanita dewasa. 

Pada akhir Januari yang lalu, ketika saya kembali ke Indonesia, dia menolak ajakan saya dalam segala bentuk, dan mungkin saya telah diblokir dari semua sosial media. 

Sampai saat ini sudah tertutup semua perasaan untuk wanita lain, yang ku inginkan hanya Anggre seorang

Posting Komentar untuk "Perjalanan Hati Yang Tak Terduga Membuatku Jatuh Cinta Kepada Seseorang"

close