Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Transformasi Kehidupan LGBT Dari Pengucilan Menuju Kebahagiaan

Saya tidak pernah berusaha untuk memberikan nasihat yang di anggap bijak bagi teman-teman yang memiliki orientasi seksual yang berbeda.

Semoga tulisan saya di bawah ini dapat memberikan wawasan baru bagi kawan kawan yang lain.

Ini adalah kisah nyata yang mengharukan...

Transformasi Kehidupan LGBT Dari Pengucilan Menuju Kebahagiaan

Beberapa waktu lalu, saya bertemu dengan seorang rekan alumni dari kampus (sebut saja namanya Melati). Suatu kebetulan kami bertemu dan ngobrol di salah satu Cafe Besar di kota Medan.

Melati adalah seorang lesbian sejati sejak lahir. Sejak pertama kali saya mengenalnya, saya tahu bahwa dia memang tidak pernah tertarik secara seksual kepada pria. Dia dengan gigih berusaha menutupi hal ini.

Dia menceritakan bahwa setelah diketahui sebagai seorang lesbian setelah lulus kuliah, Melati dikucilkan oleh lingkungannya dan diusir oleh keluarganya. 

Melati kemudian bekerja di sebuah perbankan, Meskipun memiliki banyak relasi dan koneksi, serta materi yang cukup, dia tetap merasa tersiksa karena harus terus-terusan menyembunyikan orientasinya dan bersikap seperti wanita pada umumnya.

Melati merasa lelah, depresi, terisolasi, dan tertekan secara batin

Melati kemudian meminta pertolongan dan bantuan dari saya 

Saya menceritakan kisah Melati kepada istri saya, Kebetulan kami memiliki beberapa saudara yang bekerja sebagai psikiater, sehingga kami banyak belajar tentang motivasi dan kesehatan mental dari mereka.

Melati sering diundang oleh istri saya ke rumah kami, bermain dengan anak-anak kami, makan malam bersama, atau pergi berbelanja bersama.

Suatu hari, Melati bertanya kepada istri saya, 

mbak, apakah kamu dan abang punya teman pria yang masih jomblo?

Wow, istri saya langsung merasa tidak enak badan dan perutnya mulas tiba-tiba😆

Pertanyaan Melati tadi kami tanggapi dengan serius!

Ternyata, jika Tuhan menghendaki, semua rintangan tiba-tiba hilang dan digantikan dengan solusi yang indah.

Tidak lama setelah pertanyaan Melati itu, saya bertemu dengan seorang sahabat lama (sebut saja namanya Raf).

Raflesia adalah seorang pria yang memiliki sifat lembut dan feminin, saya mengenal Raf sejak SMA dulu.

Ternyata, Raf juga menghadapi masalah yang sama dengan Melati. Raf juga menyukai sesama jenis.

Karena hal ini, Raf pernah mengalami kekerasan dan perlakuan kasar hingga babak belur oleh kakak dan ayahnya.

Selama ini, Raf mencari-cari saya, ingin berbagi cerita dan meminta persetujuan saya untuk pergi ke Thailand dan menghilang selamanya.

Bukan untuk operasi transgender, tapi di sana dia merasa lebih aman karena tidak ada yang mengenalnya di Bangkok atau Pattaya.

Raf juga merasa bebas untuk mengekspresikan diri dan menjalani kehidupan dengan orientasi seksualnya tanpa rasa takut atau malu.

Kebanyang kan betapa terkejutnya saya

Jika kamu benar-benar mau pergi ke Bangkok, saya mendukungnya. Menyenangkan juga jika saya bisa pergi berlibur bersama keluarga dan memiliki tempat menginap di dekat sana.

Namun sebelum berangkat... Apakah kamu ingin saya memperkenalkan  kepada seorang wanita? dia bernama Melati

Dia adalah sahabat baik saya sejak kuliah, masih lajang, bekerja di Bank, dan memiliki latar belakang yang mirip dengan kamu. Apakah kamu mau dikenalin?

Saya akan melewatkan cerita ini. Sudah terlalu panjang

Bulan Mei 2024, Saat ini Raf dan Melati telah memiliki dua anak berusia 7 dan 4 tahun yang lahir dari rahim Melati sendiri, bukan melalui proses adopsi atau bayi tabung.

Raf telah menggantikan posisi Melati di bank, sementara Melati sepenuhnya menjadi seorang ibu rumah tangga.

Melati sekarang telah mengenakan hijab dan nikab, sedangkan Raf memiliki jenggot yang lebih panjang daripada jenggot saya.

Raf sekarang sering mengenakan celana cingkrang, bahkan saat pergi ke kantor.

Olahraga Raf sekarang adalah tinju dan krav maga, tidak nampak lagi kesan gemulai di gerakan tubuhnya.

Untuk menjaga kenyamanan mereka, saya akan merahasiakan dan tidak akan memposting foto mereka di sini.

Apakah Anda sudah membaca kisah nyata saya di atas? 

Sekarang, pertanyaannya adalah apakah dengan sikap saya dan istri seperti kisah kami di atas, Apakah kami akan dituduh sebagai pendukung LGBT?

Baik saya dan istri saya adalah orang Indonesia, dan kami memiliki hak untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai dan keyakinan kami. 

Apa yang terjadi dalam kehidupan pribadi kami tidak seharusnya menjadi dasar untuk menuduh kami sebagai pendukung LGBT. 


Mari kita berhenti hanya berlagak dan berteriak-teriak dengan membawa-bawa agama untuk menuduh kaum ini dan itu sebagai hina, kafir, penghuni neraka. Perilaku ini sangat menjijikkan dan memalukan.

Ketika kita menuduh seseorang dengan satu jari telunjuk, maka ada tiga jari tengah, jari manis, dan jari kelingking yang menunjuk balik kepada diri kita sendiri. 

Hal ini menunjukkan bahwa kita seharusnya melakukan introspeksi dan memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu sebelum menunjuk orang lain.

Jadi, mari kita fokus untuk memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu. Setelah kita menjadi lebih baik, barulah kita boleh menunjuk orang lain.

Semoga ini bermanfaat, jika tidak ingin menjadi gay, saya ingin menekankan lagi.. kuatkan niatmu!

Saya berharap tulisan ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk membuka pikiran kita bersama.

Posting Komentar untuk "Transformasi Kehidupan LGBT Dari Pengucilan Menuju Kebahagiaan"

close