Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jakarta Maret 1997, Tahun Yang Melukiskan Kisah Tak Terlupakan Dalam Hidupku.

Sore itu, langit Jakarta mulai memerah. 

Aroma wangi takjil menguar di udara, menggoda perut yang sudah seharian berpuasa.

Jakarta Maret 1997, Tahun Yang Melukiskan Kisah Tak Terlupakan Dalam Hidupku

 

Choky, pemuda asal Manado yang kini tinggal di Jakarta, sedang asyik ngabuburit bersama teman-temannya. 

Mereka bercanda dan tertawa, menunggu adzan maghrib berkumandang.

Pertemuan Tak Terduga di Bulan Ramadhan

Ngabuburit yang Mengubah Segalanya

Di sisi lain,, seorang gadis cantik bernama Marisa sedang menemani sahabatnya, Cindy, membeli takjil. 

Mereka berdua tampak ceria, memilih-milih makanan berbuka yang menggugah selera.

Siapa sangka, takdir mempertemukan Choky dan Marisa di tempat itu. 

Cindy, yang ternyata teman SD dan SMP Choky, memperkenalkan mereka berdua. 

Mata Choky langsung terpana melihat senyum manis Marisa. Jantungnya berdegup kencang, seolah ingin melompat keluar.

Hai, aku Choky," ujarnya gugup, mengulurkan tangan.

Marisa menyambut uluran tangan itu dengan lembut. 

Aku Marisa. Senang berkenalan denganmu, Choky.

Saat itu juga, Choky tahu hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

Awal Mula Kisah Cinta

Telepon Koin dan Obrolan Malam

Setelah pertemuan pertama itu, Choky dan Marisa bertukar nomor telepon rumah. 

Hampir setiap malam mereka berbincang, membicarakan segala hal dari yang penting hingga yang tidak penting sama sekali. 

Terkadang, Choky rela berjalan jauh ke wartel hanya untuk menelepon Marisa lewat telepon koin.

Marisa, kamu tahu nggak? Tadi aku hampir jatuh gara-gara ngejar angkot, 

cerita Choky suatu malam, membuat Marisa tertawa geli.

Aduh, Choky. Hati-hati dong! Nanti kalau kamu kenapa-kenapa, siapa yang mau telepon aku tiap malam?

balas Marisa, setengah bercanda setengah serius.

Choky tersenyum lebar mendengarnya. Ah, betapa ia menyukai suara tawa Marisa.

Kencan Pertama: Titanic dan Bakso Afung

Setelah satu bulan saling mengenal, akhirnya Choky memberanikan diri mengajak Marisa nonton. 

Mereka memilih film Titanic yang sedang hits di Pondok Indah Mall. 

Choky gugup setengah mati, takut melakukan kesalahan.

Saat adegan romantis Jack dan Rose, Choky diam-diam melirik Marisa. 

Gadis itu tampak terhanyut dalam film, matanya berkaca-kaca. 

Choky ingin sekali menggenggam tangan Marisa, tapi ia terlalu malu.

Selesai nonton, Marisa mengajak Choky makan bakso Afung. 

Aku yang traktir ya, sebagai gantinya kamu udah bayarin tiket nonton, ujar Marisa sambil tersenyum manis.

Choky merasa hatinya meleleh. Ia tahu, ia telah jatuh cinta pada gadis ini.

Hubungan yang Tumbuh

Belajar dan Cari Buku Bersama

Seiring berjalannya waktu, hubungan Choky dan Marisa semakin dekat. 

Mereka sering pergi bersama ke Gramedia, mencari buku-buku pelajaran atau sekadar membaca novel. 

Choky selalu kagum melihat Marisa yang begitu tekun belajar.

Kamu kok rajin banget sih, Marisa? tanya Choky suatu hari.

Marisa tersenyum. Namanya juga pelajar, Choky. Kita harus belajar dong. Lagian, aku punya mimpi besar yang mau aku capai.

Choky mengangguk kagum. Ia bertekad untuk lebih giat belajar, tidak mau kalah dari pacarnya yang pintar ini.

Cinta yang Tumbuh di Tengah Kesibukan

Meski sibuk dengan sekolah masing-masing, Choky dan Marisa selalu menyempatkan diri untuk bertemu. 

Terkadang mereka hanya duduk-duduk di taman, menikmati es krim sambil bercerita tentang hari-hari mereka.

Tadi di sekolah ada yang nembak aku lho, Choky, ujar Marisa suatu hari.

Choky langsung tersedak es krimnya. 

Hah? Terus kamu bilang apa?

Marisa tertawa melihat reaksi Choky. 

Ya aku tolak lah. Kan aku udah punya pacar yang ganteng ini,

godanya sambil mencubit pipi Choky.

Choky tersenyum lega. Ia merasa beruntung memiliki Marisa di sisinya.

Ujian Bagi Cinta Mereka

Marisa Mendapat Beasiswa ke Jerman

Dua tahun berlalu begitu cepat. Choky sudah lulus SMU dan melanjutkan kuliah di universitas swasta ternama di Jakarta. 

Sementara itu, Marisa baru saja lulus SMU dan membawa kabar mengejutkan: ia mendapat beasiswa ke Jerman.

Choky, aku... aku dapat beasiswa ke Jerman, ujar Marisa dengan nada ragu.

Choky terdiam. Hatinya bimbang antara bahagia untuk Marisa dan sedih karena harus berpisah. 

Itu... itu berita bagus kan, Marisa? Kamu harus ambil kesempatan ini, kata Choky akhirnya, berusaha tersenyum.

Marisa menatap Choky dengan mata berkaca-kaca. 

Tapi bagaimana dengan kita, Choky?

Perpisahan yang Menyakitkan

Dengan berat hati, Choky merelakan kepergian Marisa. 

Ia tahu, ini adalah kesempatan besar bagi gadis yang dicintainya itu. 

Malam sebelum keberangkatan Marisa, mereka menghabiskan waktu bersama di taman tempat mereka biasa bertemu.

Jaga diri baik-baik ya, Marisa. Jangan lupa makan yang teratur, pesan Choky.

Marisa mengangguk, air mata mengalir di pipinya. 

Kamu juga ya, Choky. Jangan nakal-nakal di sini.

Mereka saling memandang, seolah tidak ingin melepaskan satu sama lain. 

Namun waktu terus berjalan, dan mereka harus menghadapi kenyataan bahwa besok, jarak ribuan kilometer akan memisahkan mereka.

Kehidupan Setelah Perpisahan

Choky Membangun Karir

Tahun-tahun berlalu. Choky kini sudah berusia 26 tahun dan bekerja sebagai staf legal di sebuah perusahaan konsultan hukum ternama di daerah Sudirman. 

Ia telah berhasil membangun karir yang bagus, namun hatinya masih sering memikirkan Marisa.

Suatu hari, saat sedang makan siang di kantor, Choky iseng membuka Facebook-nya. 

Tiba-tiba, sebuah pesan masuk. Dari "Marisa".

Hai Choky, apa kabar? Bisa kita ketemu di Mall Ambassador besok?

Jantung Choky berdegup kencang. Setelah sekian lama, akhirnya Marisa menghubunginya lagi.

Pertemuan Kembali yang Mengejutkan

Keesokan harinya, Choky datang ke Mall Ambassador dengan perasaan campur aduk. 

Ia melihat Marisa dari kejauhan, masih secantik dulu. Namun ada seorang pria di sampingnya.

Hai Choky, sapa Marisa dengan senyum manisnya yang khas. 

Kenalkan, ini Steven, tunanganku.

Choky merasa seperti disambar petir. Tunangan? Marisa sudah bertunangan?

Nostalgia dan Penyesalan

Makan Berdua dan Kenangan Masa Lalu

Setelah berkenalan dengan Steven, Marisa mengajak Choky makan berdua. 

Mereka berbincang, mengenang masa-masa indah dulu. 

Tawa dan canda silih berganti, seolah waktu tak pernah memisahkan mereka.

Ingat nggak waktu kita nonton Titanic dulu? tanya Marisa sambil tertawa.

Choky tersenyum. 

Mana mungkin lupa. Itu kencan pertama kita.

Permintaan Maaf Marisa

Di tengah obrolan, tiba-tiba raut wajah Marisa berubah serius. 

Choky, aku... aku mau minta maaf. Dulu aku pergi begitu saja, sikapku kekanak-kanakan.

Choky terdiam sejenak. 

Sudahlah, Marisa. Itu kan sudah lama berlalu.

Marisa menggeleng. 

Tidak, Choky. Aku benar-benar menyesal. Aku... aku masih menyayangimu.

Dilema Hati

Undangan Pernikahan yang Mengejutkan

Sebelum Choky sempat mencerna perkataan Marisa, gadis itu mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sebuah undangan pernikahan.

Aku akan menikah dua minggu lagi, Choky. Aku harap kamu bisa datang, ujar Marisa lirih.

Choky merasa seperti permen nano-nano. Asam, manis, asin, semua bercampur jadi satu. 

Ia bingung harus sedih atau senang.

Perasaan yang Masih Tersisa

Meski Choky sudah menjalin hubungan dengan Monika selama dua tahun, perasaannya pada Marisa belum sepenuhnya hilang.

Begitu pula Marisa, yang ternyata masih menyimpan rasa untuk Choky.

Kenapa baru sekarang, Marisa? tanya Choky akhirnya.

Marisa tersenyum sedih. 

Mungkin karena kita memang tidak ditakdirkan bersama, Choky.

Keputusan Sulit

Choky Memilih Tidak Hadir

Setelah pertemuan itu, Choky memutuskan untuk tidak menghadiri pernikahan Marisa dan Steven di Balai Sudirman. 

Ia merasa belum siap melihat cinta pertamanya menikah dengan pria lain.

Pada hari pernikahan Marisa, Choky mengurung diri di rumah. 

Ia memutar lagu Kasih Jangan Kau Pergi dari grup band Bunga, lagu kenangan saat ia putus dengan Marisa dulu.


Waktu Sendiri dan Kebingungan Monika

Choky meminta waktu sendiri kepada Monika, kekasihnya. 

Monika yang tidak mengetahui apa yang terjadi, merasa bingung dengan sikap Choky.

Kamu kenapa sih, Choky? Kok akhir-akhir ini aneh? tanya Monika suatu hari.

Choky hanya tersenyum lemah. 

Nggak apa-apa kok, Mon. Aku cuma lagi banyak pikiran.

Membuka Lembaran Baru

Pernikahan Choky dan Monika

Setahun berlalu. Choky akhirnya menikah dengan Monika. 

Meski tidak semegah pernikahan Marisa, mereka tampak bahagia. 

Choky telah memutuskan untuk membuka lembaran baru dan melupakan masa lalunya.

Aku mencintaimu, Monika, 

bisik Choky saat mereka berdansa di pesta pernikahan mereka.

Monika tersenyum bahagia. 

Aku juga mencintaimu, Choky.

Pesan dari Masa Lalu

SMS Marisa yang Mengejutkan

Suatu hari, dua minggu setelah pernikahan Choky, sebuah SMS masuk ke ponselnya. Dari Marisa.

Choky, kenapa kamu nggak kasih kabar kalau sudah menikah? Dan kenapa kamu nggak datang ke pernikahanku dulu?

Jawaban Jujur Choky

Choky terdiam sejenak, memikirkan jawaban yang tepat. Akhirnya, ia memutuskan untuk jujur.

Aku menunggumu 5 tahun, Marisa. Selama 5 tahun aku tidak membuka hatiku untuk wanita lain selain dirimu.

Aku tidak bisa menghubungimu, dan kamu tidak ingin menghubungiku. 

Kamu sudah menikah, dan aku juga, Aku ingin bahagia bersama istriku sekarang. 

Dulu aku memang mencintaimu karena kamu cinta pertamaku. Tapi sudah cukup bagiku menunggumu 5 tahun.

Kebahagiaan yang Sesungguhnya

Choky menatap layar ponselnya, tersenyum kecil. Ia merasa lega telah mengatakan apa yang selama ini terpendam di hatinya. 

Saat itulah Monika masuk ke kamar, membawa secangkir teh hangat.

Ini teh buatmu, sayang," ujar Monika lembut.

Choky menerima teh itu dengan penuh cinta. 

Choky menatap istrinya dengan penuh kasih sayang, wanita yang kini mengisi hari-harinya dengan kebahagiaan. 

Ia meletakkan ponselnya dan meraih tangan Monika, mengajaknya duduk di sampingnya.

Terima kasih ya, Mon. Bukan cuma untuk tehnya, tapi untuk segalanya, ujar Choky lembut.

Monika tersenyum, sedikit bingung. 

Maksudnya apa, Choky?

Pengakuan Tulus

Choky menghela napas panjang. Ia merasa ini saat yang tepat untuk berbagi cerita masa lalunya dengan Monika.

Mon, ada yang mau aku ceritain ke kamu. Tentang masa laluku.

Monika mendengarkan dengan seksama saat Choky menceritakan tentang Marisa, cinta pertamanya. 

Tentang pertemuan mereka kembali setahun lalu, dan SMS yang baru saja ia terima.

Maaf ya Mon, aku baru cerita sekarang,

ujar Choky, sedikit cemas melihat reaksi istrinya.

Namun di luar dugaan, Monika justru tersenyum lembut. 

Terima kasih sudah mau jujur, Choky. Aku ngerti kok, masa lalu memang nggak bisa dihapus begitu aja.

Cinta yang Tumbuh Semakin Kuat

Choky merasa lega dan terharu dengan pengertian Monika. Ia memeluk istrinya erat.

Kamu tahu nggak, Mon? Justru karena pengalaman itu, aku jadi lebih menghargai apa yang kita punya sekarang. 

Kamu dan yang masih dalam kandungan ini, ujar Choky sambil mengelus perut Monika yang membuncit.

Monika tersenyum haru. Aku juga sayang. Kita jalani ini sama-sama ya, sayang.

Masa Depan yang Cerah

Karir yang Semakin Melesat

Seiring waktu berlalu, karir Choky semakin melesat. 

Ia dipromosikan menjadi Legal Head di perusahaannya. 

Kesuksesannya dalam pekerjaan membuat Choky semakin percaya diri dan bahagia.

Selamat ya, sayang! ujar Monika saat Choky pulang membawa kabar gembira itu. Aku bangga sama kamu.

Choky tersenyum lebar. 

Ini semua berkat dukungan kamu juga, Mon ..

Keluarga Kecil yang Bahagia

Tak lama kemudian, anak pertama mereka lahir. 

Seorang bayi perempuan yang cantik dan sehat. Choky merasa hidupnya sempurna dengan kehadiran putri kecilnya ini.

Lihat deh, Mon. Dia mirip banget sama kamu, 

ujar Choky sambil menggendong bayi mereka dengan hati-hati.

Monika tertawa kecil. 

Tapi matanya mirip kamu, Choky.

Mereka berdua tertawa bahagia, menikmati momen indah sebagai keluarga kecil yang utuh.

Pelajaran Hidup yang Berharga

Memaafkan Masa Lalu

Suatu malam, saat putri mereka sudah tidur, Choky dan Monika duduk di beranda rumah mereka, menikmati secangkir kopi.

Mon, kadang aku masih kepikiran tentang Marisa," ujar Choky jujur.

Monika mengangguk mengerti. dengan tersenyum kecut

Wajar kok, Choky. Dia kan bagian dari masa lalumu!

Choky menggenggam tangan Monika. 

Menghargai Apa yang Dimiliki

Choky melanjutkan, Karena pengalaman itu, aku jadi lebih menghargai apa yang kita punya sekarang. 

Aku sadar, cinta sejati itu bukan cuma soal perasaan menggebu-gebu, tapi juga komitmen dan kesetiaan.

Monika tersenyum haru. Aku juga bersyukur kamu jadi suamiku, Choky. Kita udah lewatin banyak hal sama-sama.


Posting Komentar untuk "Jakarta Maret 1997, Tahun Yang Melukiskan Kisah Tak Terlupakan Dalam Hidupku."

close