Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketika Restu Datang Terlambat! Perjuangan Cinta Angga dan Marsha Dari Penolakan Hingga Ke Pelaminan

Sore itu, mentari mulai meredup di ufuk barat kota Jakarta. 

Angga, seorang mahasiswa jurusan Teknik Informatika semester akhir, melangkahkan kakinya memasuki toko buku ternama. 

Dia tidak pernah menyangka bahwa hari ini akan menjadi hari yang mengubah hidupnya selamanya.

Ketika Restu Datang Terlambat! Perjuangan Cinta Angga dan Marsha Dari Penolakan Hingga Ke Pelaminan

Awal Pertemuan yang Tak Terlupakan

Secercah Cahaya di Toko Buku Ternama

Dengan langkah santai, Angga menyusuri rak-rak buku. 

Jemarinya yang panjang menelusuri punggung buku-buku tebal, mencari referensi untuk tugas akhirnya. 

Tiba-tiba, matanya tertumbuk pada sosok gadis cantik yang sedang serius membaca di sudut ruangan.

Ya ampun, apa aku sedang bermimpi? gumam Angga dalam hati. 

Gadis itu memiliki memakai hijab seperti tipeku, kulit putih bersih, dan mata yang berbinar-binar saat membaca. 

Angga merasa jantungnya berdegup kencang, seolah-olah ada ribuan kupu-kupu beterbangan di kepalanya.

Perkenalan yang Canggung namun Manis

Memberanikan diri, Angga berjalan mendekati gadis itu. 

Dengan gugup, dia berdehem pelan, 

Ehm... maaf, boleh aku duduk di sini? Kursi lain sudah penuh.

Gadis itu mengangkat wajahnya, tersenyum manis, dan mengangguk. 

Silakan, jawabnya lembut.

Angga duduk dengan canggung, berusaha menenangkan detak jantungnya yang semakin menggila. 

Namaku Angga, ujarnya, mengulurkan tangan. Kamu?

Aku Marsha, balas gadis itu, menjabat tangan Angga. 

Saat tangan mereka bersentuhan, Angga merasakan aliran listrik yang menyenangkan menjalar ke seluruh tubuhnya.

Awal Mula Cinta yang Bersemi

Kencan Pertama yang Penuh Kejutan

Setelah pertemuan di toko buku, Angga dan Marsha semakin dekat. 

Mereka sering bertemu untuk belajar bersama, makan siang, atau sekadar mengobrol. 

Angga merasa dirinya semakin jatuh cinta pada Marsha setiap harinya.

Suatu hari, Angga memberanikan diri mengajak Marsha kencan. 

Marsha, mau tidak kita nonton film besok malam? tanyanya dengan jantung berdebar-debar.

Marsha tersenyum lebar, matanya berbinar-binar. 

Tentu saja! Aku sudah lama ingin nonton film terbaru itu!

Malam kencan pertama mereka pun tiba. 

Angga menjemput Marsha di rumahnya dengan motor kesayangannya. Dia telah menyiapkan kejutan kecil untuk Marsha.

Marsh, tutup matamu sebentar ya,

pinta Angga saat mereka sampai di depan bioskop.

Marsha menurut, menutup matanya dengan penasaran. 

Angga mengeluarkan sebuket bunga mawar merah dari tas ranselnya dan menyodorkannya pada Marsha.

Sekarang, buka matamu, ujar Angga lembut.

Marsha membuka mata dan terkesiap melihat buket bunga di hadapannya. 

Angga! Ini indah sekali! serunya gembira.

Cinta yang Tumbuh di Antara Tawa dan Air Mata

Hari-hari berlalu, dan hubungan Angga dan Marsha semakin dekat. 

Mereka menghabiskan waktu bersama, berbagi cerita, tawa, dan bahkan air mata. 

Angga selalu ada untuk Marsha saat gadis itu sedih dan Marsha selalu mendukung Angga dalam setiap langkahnya.

Suatu malam, saat mereka duduk di taman kota memandangi bintang-bintang, Angga memberanikan diri mengungkapkan perasaannya.

Marsh,, ujarnya lembut, memandang mata Marsha. Aku... aku menyukaimu. Maukah kamu jadi menjalin hubungan denganku?

Marsha menatap mata Angga dalam-dalam, senyum manis berhias di bibirnya. 

Aku juga menyukaimu, Angga. Ya, tentu saja aku mau jadi belahan hatimu.

Malam itu, di bawah taburan bintang-bintang, Angga dan Marsha resmi menjadi sepasang kekasih.

Rintangan yang Menghadang

Penolakan Orang Tua yang Menyakitkan

Kebahagiaan Angga dan Marsha tidak berlangsung lama. 

Ketika mereka memutuskan untuk memberitahu orang tua masing-masing tentang hubungan mereka, reaksi yang mereka terima sungguh di luar dugaan.

Orang tua Angga, terutama ayahnya, tidak menyetujui hubungan mereka. 

Kamu harus fokus pada kuliah dan karirmu, Angga! 

Pacaran hanya akan mengganggu masa depanmu! bentak ayah Angga.

Di sisi lain, orang tua Marsha juga menentang hubungan putri mereka dengan Angga. 

Marsha, kamu masih terlalu muda untuk serius dengan seorang pria. 

Lagipula, perjalananmu masih panjang ujar ibu Marsha dengan nada final.

Perjuangan Mempertahankan Cinta

Meskipun ditentang oleh kedua belah pihak keluarga, Angga dan Marsha bertekad untuk mempertahankan cinta mereka. 

Mereka yakin bahwa cinta sejati akan mampu menghadapi segala rintangan.

Marsh, aku berjanji akan membuktikan pada orang tua kita bahwa cinta kita layak diperjuangkan, ujar Angga dengan tekad yang membara.

Marsha mengangguk, air mata menggenang di pelupuk matanya. 

Aku percaya padamu, Angga. Kita akan melewati ini bersama-sama.

Usaha Meyakinkan Orang Tua

Prestasi Gemilang Angga

Angga memutuskan untuk membuktikan dirinya layak bagi Marsha dengan meningkatkan prestasinya di kampus. 

Dia belajar lebih giat, mengikuti berbagai kompetisi, dan bahkan memenangkan beberapa penghargaan bergengsi di bidang teknologi informasi.

Suatu hari, Angga berhasil memenangkan kompetisi pengembangan aplikasi tingkat nasional. 

Berita keberhasilannya tersebar luas, bahkan sampai ke telinga orang tua Marsha.

Dedikasi Marsha dalam Karir

Sementara itu, Marsha juga tidak tinggal diam. Dia membuktikan pada orang tuanya bahwa dia bisa sukses dalam karir tanpa harus meninggalkan Angga. 

Marsha berhasil lulus dengan predikat cum laude dan langsung mendapat tawaran kerja di perusahaan multinasional ternama.

Prestasi Marsha membuat orang tuanya mulai percaya dengan langkah prestasi putrinya.

Momen Kebenaran

Pertemuan Dua Keluarga

Setelah dua tahun berjuang, Angga dan Marsha akhirnya berhasil meyakinkan orang tua mereka untuk bertemu dan membicarakan hubungan mereka dengan kepala dingin.

Pertemuan itu berlangsung di sebuah restoran mewah di pusat kota Jakarta. 

Suasana awalnya terasa canggung dan tegang, namun perlahan-lahan mencair seiring berjalannya percakapan.

Pak, Bu .. ujar Angga dengan suara mantap, 

Saya mencintai Marsha dengan sepenuh hati saya. Saya berjanji akan selalu menjaga dan membahagiakan putri Bapak dan Ibu.

Marsha menambahkan, Ayah, Ibu, Angga adalah pria terbaik yang pernah kutemui. 

Dia selalu mendukungku dalam setiap langkahku. Kumohon, restuilah kami.

Restu yang Akhirnya Tiba

Setelah mendengar kesungguhan Angga dan Marsha, serta melihat prestasi gemilang keduanya, orang tua mereka akhirnya luluh. 

Dengan mata berkaca-kaca, ayah Marsha berkata, 

Baiklah, kami merestui kalian. Jaga putriku baik-baik, Angga.

Orang tua Angga pun mengangguk setuju. 

Kami minta maaf atas sikap kami selama ini, kami melakan ini semata mata untuk kebaikan Marsha. ujar ibu Angga dengan senyum hangat.

Bahagia Selamanya

Pernikahan Impian

Enam bulan setelah mendapat restu, Angga dan Marsha melangsungkan pernikahan impian mereka. 

Pesta pernikahan digelar di sebuah taman bunga yang indah, dihadiri oleh keluarga, sahabat, dan rekan-rekan terdekat.

Angga tidak bisa menahan air matanya saat melihat Marsha berjalan di pelaminan dengan gaun putih yang memukau. 

Kamu cantik sekali, Marsh, bisiknya saat Marsha tiba di sisinya.

Marsha tersenyum bahagia, 

kamu juga terlihat sangat tampan, suamiku.

Membangun Rumah Tangga Penuh Cinta

Setelah menikah, Angga dan Marsha memulai babak baru dalam hidup mereka. 

Mereka membeli sebuah rumah mungil di pinggiran kota, tempat mereka bisa membangun keluarga kecil yang bahagia.

Meski kadang ada pertengkaran kecil, cinta mereka semakin kuat setiap harinya. 

Angga selalu berusaha membuat Marsha tertawa dengan lelucon-lelucon konyolnya, sementara Marsha selalu menyiapkan masakan lezat untuk menyambut Angga pulang kerja.

Kebahagiaan yang Sempurna

Setahun setelah pernikahan, Marsha mengejutkan Angga dengan kabar gembira. 

Sayang, aku hamil! serunya suatu pagi, membuat Angga nyaris tersedak kopi yang sedang diminumnya.

Angga melompat kegirangan, memeluk dan memutar tubuh Marsha. 

Alhamdulillah, aku akan jadi ayah! Terima kasih, Marsh. Aku mencintaimu!

Sembilan bulan kemudian, tangis bayi memecah keheningan malam di rumah sakit. 

Putri kecil Angga dan Marsha, yang mereka beri nama Rania, lahir dengan selamat. 

Saat menggendong putri mereka untuk pertama kalinya, Angga dan Marsha saling bertatapan, air mata kebahagiaan mengalir di pipi mereka.

Terima kasih, Marsh, untuk segalanya, 

bisik Angga, mengecup kening istrinya lembut. 

Kamu telah memberiku kebahagiaan yang sempurna.

Marsha tersenyum lemah namun bahagia, Terima kasih juga  karena telah memperjuangkan cinta kita. Aku mencintaimu, selamanya.

 Mereka telah membuktikan bahwa cinta sejati mampu mengalahkan segala rintangan, bahkan penolakan orang tua sekalipun. 

Kini, dengan hadirnya Cinta kecil di tengah-tengah mereka, Angga dan Marsha siap menjalani babak baru kehidupan mereka, penuh dengan cinta, tawa, dan kebahagiaan yang tak terbatas.

Epilog: Cinta yang Terus Bertumbuh

Perjalanan sebagai Orang Tua Baru

Menjadi orang tua baru bukanlah hal yang mudah bagi Angga dan Marsha. 

Tangisan Cinta di tengah malam, popok yang harus diganti, dan ASI yang harus disiapkan menjadi rutinitas baru mereka. 

Namun, mereka menjalaninya dengan penuh sukacita.

Angga sering kali tertawa geli melihat wajah konyolnya sendiri saat berusaha menenangkan Rania yang menangis. 

Hei, putri kecil ayah, lihat wajah ayah yang lucu ini!

ujarnya sambil membuat berbagai ekspresi konyol, membuat Rania berhenti menangis dan tertawa riang.

Marsha selalu terharu melihat interaksi suami dan putrinya. 

Kamu ayah yang hebat, sayang, pujinya, mengecup pipi Angga lembut.

Membangun Bisnis Bersama

Di tengah kesibukan mengurus Cinta, Angga dan Marsha memutuskan untuk membangun bisnis bersama. 

Mereka menggabungkan keahlian Angga di bidang teknologi dan bakat Marsha dalam desain, menciptakan sebuah start-up yang fokus pada pengembangan aplikasi edukatif untuk anak-anak.

Marsh, bagaimana kalau kita buat aplikasi yang bisa membantu orang tua mengajar anak-anak mereka di rumah? 

usul Angga suatu malam, saat mereka sedang mendiskusikan ide bisnis.

Mata Marsha berbinar-binar. 

Itu ide yang brilian, sayang! Kita bisa membuat konten yang menyenangkan dan edukatif sekaligus!

Dengan semangat yang membara, mereka mulai mengembangkan aplikasi tersebut. 

Meski harus bekerja keras, bahkan sering kali lembur, Angga dan Marsha menikmati setiap momen dalam membangun bisnis bersama.

Cinta yang Terus Tumbuh

Seiring berjalannya waktu, cinta Angga dan Marsha bukannya memudar, malah semakin kuat dan dalam. 

Mereka selalu menyempatkanBaik, saya akan melanjutkan cerita tersebut:

Cinta yang Terus Tumbuh

Seiring berjalannya waktu, cinta Angga dan Marsha bukannya memudar, malah semakin kuat dan dalam. 

Mereka selalu menyempatkan diri untuk berkencan, meski hanya sekadar makan malam romantis di rumah setelah Rania tertidur.

Marsh, kamu tahu tidak? ujar Angga suatu malam, saat mereka sedang berbincang di sofa menonton film kesukaan mereka.

Hmm? Apa sayang? tanya Marsha, mendongak menatap suaminya.

Aku jatuh cinta padamu setiap hari, selalu lebih dalam dari hari sebelumnya, bisik Angga, mengecup kening Marsha lembut.

Marsha tersenyum bahagia, 

Aku juga, Angga. Kamu dan Cinta adalah hadiah terindah dalam hidupku.

Tantangan Baru dan Pertumbuhan Keluarga

Ketika Rania berusia tiga tahun, Angga dan Marsha dihadapkan pada tantangan baru. 

Start-up mereka berkembang pesat, membutuhkan lebih banyak waktu dan energi. 

Di sisi lain, mereka juga ingin memberikan perhatian penuh pada putri kecil mereka.

Bagaimana kalau kita bagi tugas, sayang? usul Marsha suatu hari. Aku bisa bekerja dari rumah beberapa hari dalam seminggu untuk lebih banyak waktu dengan Rania.

Angga mengangguk setuju, Ide bagus, Marsh. Aku juga akan mengatur jadwalku agar bisa pulang lebih awal dan menghabiskan waktu lebih banyak dengan kalian.

Dengan pengaturan baru ini, mereka berhasil menyeimbangkan antara karir dan keluarga. 

Rania tumbuh menjadi gadis kecil yang cerdas dan ceria, mewarisi kecerdasan Angga dan kreativitas Marsha.

Suatu hari, saat sedang bermain di taman, Rania bertanya dengan polosnya, 

Ayah, Ibu, apakah aku akan punya adik?

Angga dan Marsha saling berpandangan, tersenyum penuh arti. Mungkin sayang, suatu hari nanti, jawab Marsha lembut, mengedipkan mata pada Angga.

Kejutan Manis di Hari Jadi Pernikahan

Di hari jadi pernikahan mereka yang kelima, Angga menyiapkan kejutan spesial untuk Marsha. 

Dia mengajak Marsha dan Rania untuk piknik di taman bunga, tempat mereka menikah dulu.

Marsh, tutup matamu, pinta Angga saat mereka tiba di taman.

Marsha menurut, menutup matanya dengan penasaran. 

Angga menggendong Rania dan membimbing Marsha ke tengah taman.

"Sekarang, buka matamu," ujar Angga lembut.

Marsha membuka mata dan terkesiap. Di hadapannya, terbentang hamparan bunga berbentuk hati dengan tulisan "I Love You, Marsha" di tengahnya. Air mata haru menggenang di pelupuk mata Marsha.

Angga, ini indah sekali," bisiknya terharu.

Belum selesai, sayang, ujar Angga, tersenyum misterius. 

Dia menurunkan Cinta dan berlutut di hadapan Marsha, mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya.

Marsha, lima tahun yang lalu, aku berjanji untuk mencintaimu seumur hidupku. 

Hari ini, aku ingin memperbarui janji itu, Angga membuka kotak itu, menampilkan cincin berlian yang cantik. 

Maukah kamu menikah denganku lagi, dan menjadi istriku untuk selamanya?

Marsha tak kuasa menahan tangis bahagianya. "Ya, Angga. Ya, aku mau!"

Rania bertepuk tangan gembira melihat kedua orang tuanya berpelukan erat. 

Yeay! Ayah dan Ibu akan menikah lagi!

Keluarga yang Sempurna

Setahun kemudian, Angga dan Marsha menyambut kelahiran putra kedua mereka, yang mereka beri nama Rizki. 

Keluarga kecil mereka kini lengkap, dipenuhi cinta dan kebahagiaan yang meluap-luap.

Suatu malam, saat mereka sedang berkumpul di ruang keluarga, Angga memandang istri dan kedua anaknya dengan penuh rasa syukur.

Terima kasih ya Allah, bisiknya dalam hati. "Terima kasih telah memberiku keluarga yang sempurna ini.

Marsha menangkap tatapan Angga dan tersenyum lembut. 

Tanpa kata-kata, mereka saling memahami betapa bersyukurnya mereka atas perjalanan cinta yang telah mereka lalui bersama.

Rania dan Rizki tertawa riang, bermain di antara kedua orang tua mereka. 

Tawa mereka adalah melodi terindah bagi Angga dan Marsha, pengingat akan betapa indahnya hidup ketika dijalani dengan cinta yang tulus.

Dan ketika malam tiba, saat Rania dan Rizki sudah terlelap, Angga dan Marsha akan duduk berdua di beranda rumah mereka, memandang bintang-bintang sambil bergandengan tangan. 

Dalam keheningan malam, mereka berbisik satu sama lain, 

Aku mencintaimu, selamanya.


Posting Komentar untuk "Ketika Restu Datang Terlambat! Perjuangan Cinta Angga dan Marsha Dari Penolakan Hingga Ke Pelaminan "

close